Kamis, 28 April 2016

      

      
Dalam SDM-V Hipokondria termasuk kedalam salah satu gangguan somatoform, gangguan somatik atau Somatic Symptom Disorder (SSD) adalah dimana individu merasa ada masalah atau gejala penyakit serius pada kondisi fisiknya. Penderita biasanya berfokus pada beberapa bagian tubuhnya yang dianggap bermasalah. Karena penderita merasa ini adalah penyakit yang sangat serius, penderita akan melakukan pemeriksaan kedokter. Meskipun sudah diperiksa secara medis, hasilnya tidak ada tanda-tanda biologis yang membuktikan asumsi dari penderita. Namun, biasanya penderita akan tetap bersih keras bahwa dirinya sedang menderita penyakit yang sangat serius. Sehingga penderita akan melakukan pemeriksaan medis ke beberapa dokter.
        Gangguan somatik memiliki beberapa jenis. Kami akan memfokuskan topik ini pada salah satu gangguannya yaitu Hipokondriasis
A. Definisi Hipokondriasis
Istilah Hipokondriasis didapat dari istilah medis yang lama, yaitu “Hipokondrium” yang secara harfiah artinya dibawah rusuk. Dinamakan demikian karena biasanya para pasien Hipokondria merasakan adanya keluhan dibagian perut (Abdomen) atau didaerah sekitar bawah dada meskipun hasil pemeriksaan yang dilakukan para dokter menyatakan fakta yang bahkan tidak ada. Seseorang dapat dikatakan memiliki gangguan ini bila gejala tersebut terus-menerus ada sekurang-kurangnya 6 bulan. 

B. Etiologi
   Menurut DSM-IV, Hipokondria mencerminkan gejala-gejala fisik. Adanya sensasi kecil yang menjadi stimulus bagi penderita untuk menginterpretasikannya sebagai gangguan yang berat. Akibat dari interpretasinya tersebut, sensasi-sensasi dari bagian tubuhnya seakan menguat yang menjadikan penderita semakin yakin dengan penyakitnya.
   Teori Belajar Sosial mengatakan bahwa penderita hipokondria menginginkan adannya gangguan pada dirinya, sehingga ia dapat berfokus pada masalah tubuhnya dan menjauhkan dirinya dari masalah-masalah berat dalam kehidupannya, seperti stres dan masalah pekerjaan contohnya. Anggapan akan kondisi tubuhnya yang sakit memberikan jalan keluar bagi dirimya dari sekelumit masalah yang sedang dihadapinya.
   Pandangan lainnya mengatakan bahwa Hipokondriasis erat kaitannya dengan gangguan depresif dan kecemasan. Para penderita Hipokondra dipastikan mengalami kecemasan yang berlebihan akan persepsinya sendiri. Mereka menjadi depresi karena merasa tidak berdaya. Penderita menganggap bahwa dirinya sulit untuk ditolong dikarenakan penyakitnya yang parah.
C. Gambaran Klinis
    Individu yang didiagnosis menderita hipokondria akan disibukkan dengan rasa takut yang luar biasa, dimana dirinya merasa memiliki penyakit serius yang mendasarinya. Padahal tidak ada dasar organik yang bertanggung jawab sepenuhnya atas keluhan mereka yang membenarkan bahwa mereka memiliki penyakit serius. Namun ketakutan memiliki penyakit serius tersebut akan bertahan di pikiran mereka, meskipun tidak ada kepastian medis yang menemukan bukti dari keluhan yang mereka rasakan. Ketakutan ini dapat mengganggu kegiatan yang biasanya individu tersebut lakukan sehari-hari. Penderita hipokondria juga, tidak secara sadar berpura-pura akan simptom fisiknya.
    Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, sering kali melibatkan sistem pencernaan atau campuran antara rasa nyeri dan sakit. Tidak seperti gangguan konversi atau gangguan somatisasi, hipokondria tidak melibatkan disfungsi tubuh ekstrim atau gejala medis. Sebaliknya, orang dengan hipokondria salah menginterpretasikan atau melebih-lebihkan reaksi tubuh yang biasa, sehingga orang yang mengembangkan hipokondria sangat peduli, bahkan benar-benar terlalu peduli, pada simptom dan hal-hal yang mungkin mewakili apa yang ia takutkan.
   Meski prevalensi hipokondria masih belum diketahui, gangguan ini tampak sama umumnya diantara pria maupun wanita. Gangguan hipokondria umumnya muncul pada masa dewasa awal, dan cenderung memiliki perjalanan yang kronis. Biasanya paling sering bermula antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat muncul di usia berapapun penderita hipokondria akan menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik, seperti denyut jantung yang tidak teratur, berkeringat, batuk yang tidak sering, setitik rasa sakit, sakit perut, sebagai keyakinan mereka. 
  Padahal kecemasan akan simptom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik tersendiri-misalnya, keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan, mereka juga melihat kemungkinan untuk dapat mengobati penyakitnya sangat rendah dan melihat diri mereka lemah dan tidak dapat mentoleransi upaya fisik. Hal ini cenderung menciptakan lingkaran setan (vicious cycle). 
   Selain itu, Penderita hipokondria akan menjadi marah saat dokter mengatakan bahwa ketakutan mereka sendirilah yang menyebabkan simptom-simptom fisik tersebut. Mereka sering “belanja dokter” dengan harapan bahwa seorang dokter yang kompeten dan simpatik akan memperhatikan mereka sebelum terlambat.

D. Faktor Penyebab
  Pengetahuan tentang faktor penyebab dalam gangguan somatoform, termasuk hipokondria, cukup minim dibandingkan dengan banyak gangguan lainnya. Namun ada dua faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita gangguan hipokondria diantaranya faktor biologis dan faktor psikososial.
A.Faktor biologis
Ditemukan adanya faktor genetik dalam transmisi gangguan somatisasi serta adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Selain itu diduga terdapat regulasi abnormal sistem sitokin yang mungkin menyebabkan beberapa gejala yang ditemukan pada gangguan somatisasi, yang bisa berkaitan dengan hipokondria. Selain itu, dapat pula diakibatkan oleh faktor kognitif, yaitu ketika tanda-tanda tubuh normal disalah tafsirkan sebagai tanda patologi organik yang serius. Sekarang ini banyak peneliti mengatakan bahwa kecemasan berhubungan dengan hipokondria. Proses perhatian selektif dalam kecemasan kesehatan mungkin mirip dengan yang ditemukan pada gangguan panik. Asumsi ini mungkin merupakan manifestasi dari pengalaman di masa lalu maupun yang sedang berlangsung. Sehinggaseperangkat asumsi disfungsional tentang gejala dan penyakit tersebut, dapat mempengaruhi seseorang untuk menderita hipokondria.
B.Faktor Psikososial
  • Memiliki penyakit yang serius selama masa kanak-kanak
  • Memiliki riwayat keluarga hypochondriac 
  • Pernah mengalami stres berat yang menyebabkan trauma (misalnya, kematian orang tua atau teman dekat) 
  • Mengalami kekerasan fisik, seksual, trauma pada masa anak-anak 
  • Mungkin terkait dengan gangguan kejiwaan lain, seperti kecemasan atau gangguan obsesif-kompulsif. Dengan kata lain, hipokondriasis dapat mengembangkan dari suatu gangguan atau menjadi tanda dari salah satu gangguan lain 
  • Perkuatan yang diperoleh dari lingkungan sosial. Misalnya, karena mendapatkan pengalaman yang menyenangkan waktu menderita sakit, selanjutnya seorang anak mulai mengeluh menderita macam macam penyakit setiap kali menghadapi tantangan hidup.


E. Epidemologi 
Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan terakhir sebesar 4-6 persen pada populasi klinik medis umum. Namun demikian angka presentase ini dapat mencapai 15 persen. Laki-laki dan wanita sama-sama terkena oleh hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap manusia, Biasanya terjadi pada usia dewasa. onset paling sering antara usia 20 dan 30 tahun.
Hipokondriasis juga didapatkan pada 3 persen mahasiswa kedokteran terutama pada dua tahun pertamanya, namun keadaan ini hanyalah hipokondriasis yang bersifat sementara. Beberapa bukti menyatakan bahwa diagnostik adalah lebih sering diantara kelompok kulit hitam dibandingkan kulit putih. Posisi social, tingkat pendidikan, dan status perkawinan tidak mempengaruhi diagnosis.
F. Diagnosis
Tabel dari DSM-IV, diagnostic and statistical manual of mental disorder 
Kriteria diagnostik untuk hipokondriasis
  • Preokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
  • Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat
  • Tidak disertai dengan waham (lebih tepat didiagnosis sebagai gangguan delusional) dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
  • Diharuskan memiliki intensitas yang menyebabkan gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi didalam bidang penting hidupnya.
  • Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
  • Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
G. Diagnosis banding 


  • Kondisi medis nonpsikiatrik
Khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, skerosis multiple, penyakit degeneratif pada system saraf, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas 
  • Gangguan somatisasi 
Perbedaan yang tidak jelas adalah bahwa penderita hipokondriasis biasanya mengeluh tentang sedikit gejala diabandingkan penderita dengan gangguan somatisasi
  • Gangguan somatoform lainnya
Penderita hipokondrial biasanya mencari perhatian untuk anggapan penyakitnya
  • Gangguan depresi dan gangguan kecemasan 
  • Gangguan buatan dengan gejala fisik berpura-pura 
  • Penderita hipokondiakal sesungguhnya mengalami dan tidak mensimulasi gejala yang mereka laporkan

H. Terapi
      • Psikoterapi kelompok: Cara ini memberikan dukungan sosial dan interaksi sosial yang dapat mengurangi kecemasan pasien
      • Farmakoterapi : menghilangkan gejala hipokondrial hanya jika penderita memiliki kondisi dasar yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemaan dan depresi berat
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Anggota Kelompok 1: Adhi Ridho M., Athalia Phebe H., Rizqi Bayumantari, Tsurayya Adlia. 2PA01.
Contoh video untuk Hipokondria :
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Anggota Kelompok 1: Adhi Ridho M., Athalia Phebe H., Rizqi Bayumantari, Tsurayya Adlia. 2PA01.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV http://www.kompasiana.com/ayulisnawati/gangguanhipokondria_552fc1316ea83491308b45a0            http://dokumen.tips/documents/gangguan-hipokondrik.html                                                                    Buku Psikologi Abnormal (Jilid 1 dan 2) yang ditulis oleh Jeffrey S.Nevid, Spencer A.Rathus, Beverly Greene  (2005)

Rabu, 13 April 2016



Konsep Kepribadian, Kesehatan Mental, dan Proses Kesehatan Mental Menurut  Maslow

A. Konsep Kepribadian

Abraham Maslow adalah seorang ahli Psikologi berkembangsaan Amerika, yang melahirkan mahzab baru dalam dunia Psikologi, yaitu Psikologi Humanistik. Beliau memandang manusia tidak seperi para Psikoanalis terdahulu, yang memandang manusia-manusia yang sakit. Maslow berfokus pada martabat manusia, daya kreatif yang dimilikinya, serta potensi-potensi unik yang ada pada setiap diri manusia. Setiap pribadi yang sehat memiliki dorongan akan aktualisasi, yaitu dorongan akan pemenuhan poyensi, dorongan yang membuat manusia merasa menjadi manusia yang seutuhnya. Maslow sangat menyanjung-nyanjung manusia, menilai tinggi kodrat manusia, dan optimistis.

B. Kesehatan Mental
Maslow menciptakan sebuah teori yang terkenal, yaitu Hirerarki Kebutuhan atau tingkat kebutuhan manusia. Kebutuhan-kebutuhan yang bertingkat tersebut yaitu : 

1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan Akan cinta dan rasa memiliki
4. Kebutuhan akan prestasi dan diterima
5. Aktualisasi diri
Kebutuhan yang pertama adalah pemenuhan kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan seperti makan, minum, udara,dan seks. Kebutuhan tersebut sifatnya sangat mendasar karena menyangkut kelangsungan hidup manusia. Apabila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, manusia akan sangat sulit untuk sekedar hidup. Maka dari itu akan sangat fatal akibatnya apabila kebutuhan ini tidak dipenuhi. 

Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan akan rasa aman, artinya, manusia memiliki kebutuhan untuk terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, yang sifatnya mengancam dirinya, seperti kecemasan, depresi, sakit, dan lainnya.  



Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan akan Cinta dan rasa memilki. Syarat untuk mencapai kebutuhan ini adalah sudah terpenuhinya dua kebutuhan terbawah. Kebutuhan akan cinta maksudya kebutuhan akan kasih sayang dari orang-orang yang dicintai, yang membuatnya bergairah dan memiliki semangat hidup, sehingga membuat individu dapat lebih produktif. 

Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan akan prestasi dan diterima. Kebutuhan ini menuntut terpenuhinya penghargaan diri dan rasa diterima. Karena dengan memiliki perasaan diterima dan dihargai, individu memiliki keyakinan bahwa hidupnya memiliki arti penting dan berguna. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, seseorang akan merasa dirinya terisolasi dan akan menjauh dari kehidupan sosial dengan orang-orang karena tidak adanya kepercayaan diri sebagai akibatnya. 


Kebutuhan terakhir dari teori hirearki kebutuhan Maslow ini adalah Aktualisasi diri. Kebutuhan ini adalah puncak dari kebutuhan manusia, kebutuhan yang apabila dipenuhi, akan membuat manusia dapat menjadi seutuhnya. Aktualisasi diri akan dicapai apabila empat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. 

Mustahil dapat mencapai level aktualisasi diri apabila salah satu dari empat kenbutuhan sebelumnya gagal dipenuhi. Aktualisasi diri adalah kebutuhan akan pemenuhan potensi-potensi dari diri individu dan penemuan akan daya kreatif individu. Manurut Maslow, kepribadian yang sehat adalah apabila individu dapat mencapai tahap aktualisasi diri. Individu menjadi seseorang yang tidak selalu dibayang-bayangi oleh kecemasan dan selalu memusatkan perhatiannya pada tujuan-tujuan yang mulia. Orang yang telah mencapai aktualisasi diri memiliki berbagai aspek kehidupan yang berjalan dengan harmonis. Kehidupan sosial yang baik, persepsi akan diri sendiri dan dunia yang baik, dan mampu mengontrol diri dengan baik. Dengan demikian kehidupannya akan selalu terdukung oleh berbagai aspek-aspek kehidupannya yang positif.

C. Proses Kesehatan Mental
Maslow menilai bahwa individu yang sehat bukanlah tawanan dari masa lalunya. Meskipun seseorang memiliki masa kanak-kanak yang tidak baik, bukan berarti orang tersebut terjebak dalam masa lalunya yang kelam. Maslow melihat manusia memiliki daya kreatif, yang dapat mengubah dirinya menjadi seperti yang seseorang inginkan, yaitu menjadi lebih baik. Meskipun masa lalu sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian, namun pandangan Maslow bersifat optimistik. Tiap-tiap orang mampu dan memiliki kesempatan untuk mencapai aktualisasi diri.
Orang yang berusaha memenuhi kebutuhan dari yang paling mendasar hingga yang tertinggi, berarti orang tersebut sedang berproses untuk menjadi seseorang yang hidup sepenuhnya. Dengan pemenuhan-pemenuhan di tiap-tiap tingkatan kebutuhan, seseorang akan terus melengkapi sesuatu yang dapat menjadikan hidupnya lengkap, seperti kehidupan sosial, prestasi, penghargaan, dan pemenuhan potensi untik yang ada pada dirinya.

Referensi : Basuki, Heru, A. M. Psikologi Umum. 2008. Jakarta : Universitas Gunadarma 

Nama : Rizqi Bayumantari
Kelas : 2PA01
NPM : 19514738
Konsep Kepribadian, Kesehatan Mental, dan Perkembangan Kesehatan Mental menurut Rogers

A. Konsep Kepribadian


Konsep Kepribadian menurut Rogers memiliki kesamaan seperti Allport, bahwa individu didorong ke masa depan dan tidak bergantung atau terlepas dari konflik masa kanak-kanak. Dorongan tersebut tidak semata-mata untuk mencapai keseimbangan dari tegangan atau bertujuan untuk mereduksi tegangan, tapi dorongan itu membuat tegangan meningkat. Ada perbedaan dengan Allport, yang hanya meneliti pada orang-orang yang sehat, Rogers meneliti pula orang-orang yang tidak begitu sehat kondisi Psikologisnya namun keduanya sama-sama memiliki keyakinan yang optimistik terhadap individu.

B. Kesehatan Mental
Menurut Rogers, Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang bersifat rasional dan sadar, yang artinya tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa yang dialami pada masa kanak-kanak. Meskipun Rogers tidak dapat menolak bahwa pengalaman masa kecil dapat berpengaruh pada diri seseorang masa kini. Pengaruh masa kecil berdampak pada cara individu memandang dirinya yang sekarang, namun fokus rogers adalah bagaimana seseorang memandang dirinya saat ini atau yang sekarang.

Individu yang sehat memiliki suatu dorongan, Rogers menyebutnya sebagai dorongan yang bersifat fundamental. Dorongan itu dimaksudkan untuk memeliharakan, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi yang ada pada diri individu. Kecenderungan ini meliputi aspek Fisiologi maupun aspek Psikologis. Pada masa masa-masa awal, kecenderungan lebih mengarah pada perkekmbangan Fiologis, semakin bertambahnya usia, kecenderungan mulai mengarah pada aspek Psikologis. 


Aktualisasi adalah hal yang penting dalam diri individu yang sehat mentalnya. Aktualisasi adalah proses untuk menjadi diri sendiri dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri individu tersebut. Individu yang memiliki Aktualisasi akan menjadi diri sendiri sepenuhnya. Mereka tidak memakai topeng-tpoeng untuk menutupi diri mereka sebenarnya demi menyelaraskan diri mereka dengan nilai-nilai dan harapan yang ditanamoleh orang lain atau masyarakat. Apapun yang dilakukannya dan diperlihatkan adalah murni berasal dari dirinya sendiri, tidak berasal dari hukum-hukum dari luar yang mengikat diri.

Rogers berpendapat, Semakin sehat seseorang secara Psikologis, semakin besar pula kebebasan seseorang untuk memilih dan berindak. Mereka dapat memilih dan bertindak sesuai dengan diri mereka, tidak dipengaruhi oleh paksaan-paksaan dari  orang lain, maupun dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa masa lampau.
Orang yang sehat juga dikatakan Rogers sebagai Orang yang memiliki kreativitas. Mereka berifat spontan, artinya terbuka pada hal-hal yang baru dan tidak bersifat pasif pada penyesuaian dirinya. Maka dari itu, Orang yang berfungsi sesepenuhnya lebih mampu untuk menyesuiakian diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drasti dari lingkungan sekitanya. Mereka kreatif dalam menanggulangi permasalahan dalam penyesuaian dirinya.

C. Proses Kesehatan Mental
Proses Kepribadian yang sehat sudah dimulai pada masa-masa awal, saat individu masih dikategorikan anak usia 1-5 tahun. Bersamaan dengan itu anak mulai pengembangan konsep diri. Individu akan tumbuh menjadi pribadi yang matang apabila mendapat kasih sayang ibu yang cukup pada masa kanak-kanak, sama seperti yang dikemukakan oleh Allport. Seorang anak mengembangkan apa yang disebut dengan positive regard, atau penerimaan yang positif. Seorang anak kecil terkadang mendapat hukuman dari orang tuanya apabila suatu perilaku yang muncul dari anak tersebut tidak sesuai dengan harapan orang tua, lalu anak mengembangkan perilaku yang diterima oleh orang tuanya agar tidak mendapat hukuman atau celaan. Kasus seperti dinamakan oleh Rogers dengan Penghargaan Bersyarat. Seorang anak akan dicintai apabila memunculkan perilaku yang sesuai dan diterima oleh orang tuanya. Kondisi tersebut apabila berlangsung secara terus-menerus oleh seseorang, tidak oleh orang tua, melainkan dari orang-orang diluar dirinya, maka individu tersebut akan mengembangkan apa yang disebut Rogers dengan sikap Defensif. 

Sikap defensif merupakan suatu ungkapan karena ketakutan akan kesalahan yang ditimbulkan akan perilakunya atau pemikirannya. Kondisi ini akan membuat individu tidak sehat, jika suatu figur yang mengekang individu tersebut tidak ada, maka individu tersebut terdorong untuk memunculkan perilaku yang selama ini ingin ia timbulkan namun mendapat hukuman dari orang-orang diluar dirinya.


Referensi : Allport, G. Becoming : Basic Consideration for a Psychology of Personality. New Haven : Yale University Press, 1955

Nama : Rizqi Bayumantari
Kelas : 2PA01
NPM : 195147 38

Senin, 04 April 2016

Konsep Kepribadian, Kepribadian Sehat, dan Perkembangan Kesehatan Mental menurut Allport



A. Konsep Kepribadian
Konsep Kepribadian yang dikemukakan oleh Allport berbeda dengan konsep kepribadian yang dikemukakan oleh Freud. Allport memandang kepribadian manusia dibentuk berdasarkan pandangannya akan masa depan manusia tersebut, tidak terjebak dalam konflik-konlik nasa kanak-kanak atau masa lalu seperti yang Freud jabarkan. Jadi, Allport memandang manusia beserta kepribadiannya lebih bersifat optimistis dan penuh dengan harapan.

Kepribadian, menurut Allport, merupakan suatu integritas atas motif-motif, sikap, perasaan dan lainnya. Kepribadian yang baik memiliki integritas atas aspek-aspek kepribiadian itu sendiri, sehingga kepribadian akan tetap baik dengan situasi apapun, sesuai dengan Definisi Kepribadian menurut Allport,
"organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya."

B. Kepribadian Sehat


Allport tertarik untuk meneliti individu-individu yang sehat, yang mana mempengaruhi bagaimana Allport menjelaskan tentang kepribadian. Pandangan Allport berbeda dengan pandangan Freud dan para koleganya dalam aliran Psilkoanalisis, yang mana hanya berfokus pada pasien-pasien yang mengalami gangguan, tidak sehat, bisa dikatakan mengalami neurosis. Kepribadian yang sehat menurut Allport, tidak seperti Kepribadian yang Neurotis. Orang dengan kepribadian yang sehat terus tumbuh dan berkembangan dan terlepas dari pengaruh konflik masa kanak-kanak sedangkan orang yang memiliki kepribadian yang neurotis akan terjebak dalam konflik masa kanak-kanak mereka, dan sulit mengalami perkembangan.


Ketika individu yang sehat kepribadiannya menjadi orang dewasa, maka kepribadian itu bersifat otonom, tidak terkait dengan pengaruh masa kanak-kanaknya. Orang dengan keopribadian yang sehat memiliki tujuan dalam hidupnya, mereka memandang dunia secara realistis. Mereka berusaha menyesuiakan diri dengan berbagai situasi, tidak keras kepala mengubah situasi sesuai harapannya.

Orang dengan Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi yang ada pada dirinya, seperti kelebihannya dan kekurangannya. Kemampuan dalam menguasai emosi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh orang yang memiliki kepribadian yang sehat, sehingga emosi apa saja yang muncul tidak menganggu aktivitas atau tujuan yang ingin dicapai sehingga memiliki kontrol diri yang baik, sedangkan pada individu neurotis akan cenderung pasrah pada emosinya yang dominan pada saat itu, sehingga akan terganggu usahanya dalam mengontrol dirinya.
Allport membuat beberapa kriteria akan kepribadian yang sehat, yaitu :
  • Perluasan Perasaan Diri
Manusia memiliki diri yang berkembang, hingga menjangkau orang lain dan benda. mulanya, diri berkembang dalam individu lalu bergerak keluar individu. ketika Kepribadian yang sehat dari individu berkembang, ia mulai untuk memperhatikan sesuatu yang diluar dirinya, seperti nilai-nilai, norma-norma yang bersifat abstrak, kehidupan sosial, dan aktivitasnya. Mereka akan terlibat penuh dengan baik dalam kehidupan sosialnya dan aktivitasnya .

  • Hubungan yang hangat dengan Orang-orang lain
Kepribadian yang sehat mampu memberikan cinta atau keintiman kepada keluarganya, para sahabat, kekasih, dan rekan-rekannya sebagai manifestasi dari perluasan diri yang baik. Mereka memperhatikan kebahagiaan dan kesejahteraan orang-orang yang dicintainya tanpa perlu mengorbankan kebahagiaan dirinya sendiri. Kepribadian yang sehat mampu memberikan cinta yang ideal, tulus, dan tak bersyarat. Berbeda dengan orang neurotis, yang mengaharapkan cinta yang besar dengan memberikan cinta yang sedikit, dan hanya mau mencintai dengan syarat-syarat yang menyulitkan.

  • Keamanan emosional

Orang  yang sehat kepribadiannya memiliki kemampuan penerimaan diri yang baik. Mereka mampu menerima segi apa saja yang ada pada diri mereka, baik kelebihan maupun kekurangannya. Kepribadian yang sehat mampu mengontrol emosi mereka dengan bijak dan baik, sehingga tidak menganggu kehidupan mereka. sedangkan pada orang yang neurotis akan pasrah dengan kondisi mereka, mereka akan sangat berlebihan dalam menanggapi kelemahan mereka, dan tidak dapat mengontrol emosi mereka, sehingga mereka memiliki kontrol diri yang tidak baik yang akan berdampak buruk pada aktivitas dan kehidupannya.
Allport mengatakan istilah "Sabar terhadap kekecewaan" yang dimiliki oleh orang dengan kepribadian yang sehat. Kepribadian yang sehat membuat mereka tetap kokoh dalam mengahadapi kegagalan dan kekecewaan, mereka akan mencoba dan mencari cara baru untuk tetap mencapai apa yang menjadi tujuannya. Orang-orang Neurotis akan tenggelam dalam kekecewaan dan tidak berkesudahan.

  • Persepsi Realistis


Individu dengan kepribadian yang sehat memandang dunia dengan objektif dan realistis. Mereka menyesuaikan diri mereka dengan situasi yang ada, tidak keras kepala untuk menuntut situasi yang harus menyesuaikan diri terhadapnya, seperti pada orang-orang Neurotis.
  • Keterampilan dan Tugas-tugas

Allport menekanan pentingnya suatu pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan dari keterampilan dan kualitas yang dimiliki oleh seseorang. Keterampilan seseorang dalam pekerjaan harus disalurkan dengan keikhlasan, antusias, dan melibatkan diri sepenuhnya dengan itu. Orang-orang terebut memiliki komitmen dan dedikasi terhadap pekerjaannya.
 
  • Pemahaman Diri


Petunjuk lama mengatakan "Kenalilah Dirimu", Seseorang harus mengenali diri mereka secara objektif. Mengenali diri sendiri terkadang menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Pemahaman diri hendaknya terus dilakukan pada tiap waktu, tiap-tiap perkembangan diri. Orang yang sehat kepribadiannya memiliki pemahaman diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Neurotis. Pemahaman diri menyangkut pengetahuan akan gambaran diri dan diri yang sesungguhnya. Semakin dekat gambaran diri dengan diri yang sekarang, maka akan semakin sehat pula kepribadiannya, begitu pula sebaliknya. Dan juga pemahaman diri akan bagaiaman dirinya dalam pikirannya dan bagaimana dirinya dalam pikiran olrang lain. Orang dengan tingkat pemahaman diri yang baik tidak akan memproyeksikan hal-hal buruk pada dirinya kepada orang lain. Mereka akan menjadi hakim yang bijak dan saksama.

  • Filsafat hidup yang mempersatukan

Orang-orang yang sehat digerakan oleh suatu tujuan dalam hidupnya dan pikirannya akan masa depan. Tujuan atau cita-cita menggerakan semua segi kehidupan kita pada saat ini. Orang yang sehat didorong oleh tujuan-tujuannya. apabila orang-orang telah mencapai tujuannya, mereka lalu membuat tujuan baru dalam hidupnya. Tujuan dimasa depan membuat hidup seseorang memiliki arti. Allport berpendapat mustahil kepribadian yang sehat terbentuk dalam hidup yang tidak terdapat tujuan didalamnya.

C. Perkembangan Kesehatan Mental

Allport tidak membuat serangkaian tahapan-tahapan dalam perkembangan Kepribadian, seperti yang dilakukan oleh banyak pencetus teori kepribadian yang lainnya. Allport berpendapat, bahwa pengasuhan dari orang tua terutama ibu, pada masa-masa awal kehidupan, sangat penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat pada individu. Pengasuhan yang dilakukan dengan baik oleh ibu terhadap anaknya, akan menghasilkan kepribadian yang baik pula pada anak, karena anak mendapatkan cinta yang tulus dan perlindungan dari orang tua. Dengan itu, anak akan mampu memiliki kontrol diri yang baik, memiliki daya kreativitas, dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi. Allport berpedapat, tidak adanya pengasuhan yang baik selama masa awal kehidupan, akan menciptkan anak dengan kepribadian yang egosentris, selalu meminta, agresif, dan berlebih-lebihan seperti kepribadian yang neurotis. 

Anak-anak yang dibesarkan dalam kondisi yang ideal akan sanggup melewati konflik-konflik pada masa kanak-kanak, lalu menciptkan kepribadian yang otonom pada masa dewasa, berkebalikan dengan anak yritiang mendapat pengasuhan yang tidak baik, kepribadiannya akan terkurung dalam konflik masa kanak-kanak, dan akan mengembangkan kepribadian yang Neurotis.

Nama : Rizqi Bayumantari
NPM : 19514738
Kelas : 2PA01

 Sumber :  Allport, G. Becoming : Basic Consideration for a Psychology of Personality. New Haven : Yale University Press, 1955