Tugas Mata Kuliah Psikologi Manajemen
SDM adalah singkatan dari Sumber Daya Manusia, atau dalam
bahasa Inggris disebut Human Resources. Berdasarkan pengertian yang didapat
dari www.businessdictionary.com ,Human Resources is the division of a company that
is focused on activities relating to employees. These activities normally
include recruiting and hiring of new employees, orientation and training of
current employees, employee benefits, and Retention. Formerly called personel
atau yang artinya SDM adalah suatu divisi dari perusahaan yang berfokus pada
segala aktivitas yang terkait dengan pegawai. Aktivitas tersebut mencakup
Merekrut dan memperkerjakan karyawan, orientasi dan pelatihan terhadap karyawan
saat ini, tunjangan karyawan, dan menahan karyawan. Sedangkan menurut Hasibuan
(2003, h 244) pegertian sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh ketutunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasinya kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk
memenuhi kepuasannya. SDM memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan
atau organisasi dan menjadi faktor penentu keberhasilan dari suatu organisasi.
Teori yang berkaitan dengan SDM
SDM adalah sumber daya manusia. Dalam berkerja, manusia
tidaklah lepas dari motivasi. Kuat tidaknya motivasi akan mempengaruhi kinerja
karyawan. Semakin tinggi motivasi kerja karyawan maka akan semakin baik pula
bagi organisasi, namun sebaliknya, apabila motivasi karyawan rendah akan
berdampak buruk bagi organisasi. Terdapat Teori Motivasi yang berkaitan dengan
pekerjaan yang dikembangkan oleh Herzberg yang dikenal dengan Teori Dua faktor,
yaitu faktor motivational yang sifatnya intrinsik, meliputi Pencapaian yang
diraih, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, kesempatan untuk maju dan
berkembangan, dan hubungannya dengan atasan.
Sedangkan faktor berikutnya adalah faktor Hygyene, yang sifatnya ekstrinsik, meliputi kondisi fisik/lingkungan pekerjaan, kualitas hubungan interpersonal, tunjangan dan gaji, prosedur perusahaan, dan fasilitas kerja. Tidak terpenuhinya faktor Motivasi tidak selalu berdampak pada turunnya kepuasan kerja dan faktor Hygyene dapat menurunkan rasa ketidakpuasan dalam kerja.
Sedangkan faktor berikutnya adalah faktor Hygyene, yang sifatnya ekstrinsik, meliputi kondisi fisik/lingkungan pekerjaan, kualitas hubungan interpersonal, tunjangan dan gaji, prosedur perusahaan, dan fasilitas kerja. Tidak terpenuhinya faktor Motivasi tidak selalu berdampak pada turunnya kepuasan kerja dan faktor Hygyene dapat menurunkan rasa ketidakpuasan dalam kerja.
Stogdill (1974 dalam Berry, 1988) menyatakan bahwa defenisi
dari Leardership adalah (1) sebagai suatu rangkaian tingkah laku, (2) sebagai
karakteristik kelompok, (3) sebagai atribut personal. Sebagai suatu rangkaian
tingkah laku, kepemimpinan telah didefinisikan sebagai yang memainkan peran ,
membuat struktur kelompok, dan sebagai motivator kelompok untuk mencapai
tujuan. Sebagai karakteristik kelompok,
Kepemimpinan bisa dikatakan sebagai fokus dari setiap aksi kelompok, sebagai
alat yang digunakan kelompokn untuk mencapai tujuan, dan sebuah hasil dari interaksi
kelompook dimana seorang individu mengarahka aktivitas sebuah kelompok menuju
satu tujuan bersama. Sedangkan sebagagai suatu atribut personal, kepemimpinan
dikatakan sebagai sebuah trait dan sebuah karakteristik yang berhubungan dengan
kekuatan sosial. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikutnya), sehingga orang lain tersebut
bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Teori Kepemimpinan
Terdapat teori kempemimpinan yang populer yang dikemukakan
oleh Burns, yaitu kepemimpinan Transaksional dan Transformasional. Menurut
Burns, keduanya adalah berbeda namun tidak bisa dipisahkan. Setiap pemimpin
merefleksikan gaya kepemimpinannya.
Kepemimpinan dengan corak transaksional menitikberatkan pada
hubungan tukar-menukar yang bersifat ekonomis guna memenuhi kebutuhan atasan
dan bawahan. Hubungan ini digunakan oleh pemimpin agar bawahan patuh terhadap
perintah pemimpin dengan memperhatikan kemauan bawahan, bawahan diharapkan
dapat berkerja meski tidak antusias.
Kepemimpinan Transformasional dipandang sebagai bentuk
kepemimpinan yang sangat diminati oleh para bawahan atau karyawan. Dalam corak
kepemimpinan Transformasional, memiliki kesamaan pula dengan kepemimpinan
Transaksional, namun perbedaannya adalah kepemimpinan Transformasional terdapat
hubungan pertukaran atau perjanjian psikologis. Kepemimpinan gaya ini memiliki
pemimpin yang mengerti akan kondisi bawahan. Pemimpin bertindak layaknya mentor
bagi karyawan yang membutuhkan bantuan dan perkembangannya dalam performa kerja.
Pemimpin juga memasang standar atau goal yang tinggi, namun pemimpin mensugesti
dan memotivasi dengan sepenuh hati kepada karyawan dan meyakinkan mereka bahwa
target yang tinggi tersebut dapat dicapai asalkan bawahan berkerja dengan lebih
baik.
Menurut Tossi, Rizzo, dan Carroll (1994: 38), organisasi
adalah a group of people, working towards objectives, which develops and
maintains relatively stable and predictable behavior patterns, even though the
inviduals in the organization may change. Usually we describe organization in
terms of how they differ on three dimensions : complexity, fomalizations, And centralizations
atau Organisasi adalah kelompok orang yang berkerja dengan suatu tujuan, yang
mengembangkan dan menjaga kestabilan dan perilaku yang dapat diprediksi, namun
orang-orang dalam organisasi bisa saja berubah.
Kerterkaitan antara SDM, Kepemimpinan, dan Organisasi
Organisasi adalah sebuah kelompok atau kumpulan beberapa
orang, yang memiliki tujuan yang sama. Apabila orang-orang tidak memiliki
tujuan yang sama, organisasi tidak akan terbentuk melainkan hanya terbentuk
suatu kerumunan saja. Organisasi
memudahkan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama agar mendapatkan
tujuannya. Kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting, karena pemimpin
dapat menjadi perantara antar kelompok, memutuskan apa yang sebaiknya kelompok
lakukan, menetapkan peraturan dan sebagai alat untuk mencapai tujuan kelompok.
Semua itu dilakukan agar tiap-tiap aggota memiliki kekompakan dan memiliki
visi-misi yang sama dalam memajukan suatu organisasi atau kelompok. Pemimpin tidak
bisa mencapai tujuannya apabila tidak ada SDM. SDM adalah penggerak dari konsep
yang bersumber dari pemimpin. SDM mewujudkan apa yang menjadi ketetapan dalam
sebuah organisasi dan menentukan kemajuan dan keberhasilan dalam organisasi
atau kelompok.
Contoh di Indonesia
Saya menggunakan contoh dari berita yang dimuat dari www.menpan.go.id tentang perintah dari
Presiden Joko Widodo kepada para menterinya untuk melakukan Audit Organisasi.
Presiden Joko Widodo selaku pemimpin memerintahkan kepada bawahannya, yaitu para menteri untuk memeriksa atau melakukan audit organisasi. Audit organisasi diperlukan untuk mengetahui dengan pasti berapa jumlah karyawan atau SDM yang tersedia saat ini, berapa banyak SDM yang sebenarnya dibutuhkan saat ini, apakah kekurangan atau kelebihan, dan memeriksa kompensi apa saja yang harus ada didalam SDM tersebut. Audit Organisasi dilakukan terutama terhadap kementrian yang baru, kementrian yang baru digabung, atau kementerian yang berubah nomenklaturnya, audit harus dilakukan secepatnya agar kementerian dapat berkerja dengan sesuai. Audit organisasi akan membuat tata kerja dikementerian menjadi lebih ideal, seperti menentukan postur organisasi dan kepegawaian, agar tidak terlalu gemuk atau terlalu ramping yang dapat mengganggu kinerja dikementerian.
Apabila dalam suatu Badan kementerian terdapat karyawan yang berlebih, kemungkinannya akan dipindahkan dan diperkerjakan ke kementerian lain melalui seleksi. Jadi, pegawai yang akan mengisi kekosongan SDM di kementerian lainnya adalah pegawai yang memang sudah berkerja di kementerian sebelumya.
Nama : Rizqi Bayumantari
NPM : 19514738
Kelas : 3PA01
Sumber :
Munandar, Ashar Sunyoto. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. UI-Press: Indonesia. www.menpan.go.id
www.businessdictionary.com
Presiden Joko Widodo selaku pemimpin memerintahkan kepada bawahannya, yaitu para menteri untuk memeriksa atau melakukan audit organisasi. Audit organisasi diperlukan untuk mengetahui dengan pasti berapa jumlah karyawan atau SDM yang tersedia saat ini, berapa banyak SDM yang sebenarnya dibutuhkan saat ini, apakah kekurangan atau kelebihan, dan memeriksa kompensi apa saja yang harus ada didalam SDM tersebut. Audit Organisasi dilakukan terutama terhadap kementrian yang baru, kementrian yang baru digabung, atau kementerian yang berubah nomenklaturnya, audit harus dilakukan secepatnya agar kementerian dapat berkerja dengan sesuai. Audit organisasi akan membuat tata kerja dikementerian menjadi lebih ideal, seperti menentukan postur organisasi dan kepegawaian, agar tidak terlalu gemuk atau terlalu ramping yang dapat mengganggu kinerja dikementerian.
Apabila dalam suatu Badan kementerian terdapat karyawan yang berlebih, kemungkinannya akan dipindahkan dan diperkerjakan ke kementerian lain melalui seleksi. Jadi, pegawai yang akan mengisi kekosongan SDM di kementerian lainnya adalah pegawai yang memang sudah berkerja di kementerian sebelumya.
Nama : Rizqi Bayumantari
NPM : 19514738
Kelas : 3PA01
Sumber :
Munandar, Ashar Sunyoto. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. UI-Press: Indonesia. www.menpan.go.id
www.businessdictionary.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar