Selasa, 29 November 2016





 KEPEMIMPINAN

 



A. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah Perilaku seorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan bersama (Hemphill & Coons, 1957: 7).

Kepemimpinan adalah suatu jenis hubungan kekuasaan yang ditandai oleh persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk merumuskan pola perilaku dari anggota yang pertama dalam hubungannya dengan kegiatannya sebagai anggota kelompok (Janda, 1960: 358).

Kepemimpinan adalah pengaruh antarpribadi yang dilaksanakan dan diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik, 1961: 24)

B. Jenis-jenis Kepemimpinan


 
1. Kepemimpinan berdasarkan Keturnan – Paksaan
Suatu kepemimpinan dapat diperoleh berdasarkan keturunan. Dalam sistem kerajaan, suatu jabatan atau tahta dapat diturunkan kepada pewarisnya berdasarkan silsilah keluarga kerjaan.


Kepemimpinan paksaan adalah kepemimpinan yang diperoleh melalui  desakan dari pihak-pihak tertentu, contohnya tokoh-tokoh dari berbagai negara yang didesak untuk memimpin suatu gerakan untuk menetapkan kemerdekaan.

2. Kepemimpinan Resmi - Tidak Resmi
Kepemimpinan Resmi adalah adalah suatu jabatan pemimpin yang biasanya menduduki suatu lembaga kenegaraan, misalnya Presiden, Menteri, ketua DPR, dan lainnya. Pemimpin resmi memilki suatu tugas dan tanggungjawab yang sudah dirumuskan sebelumnya, sehingga pemimpin resmi memiliki batasan-batasan atas jabatannya yang harus dipatuhi. 

Kepemimpinan tidak resmi adalah kepemimpinan yang muncul dari anggapan dan kepercayaan masyarakat. Kepemimpinan tidak resmi tidak memiliki tugas dan tanggungjawab yang dirumuskan secara jelas sebelumnya layaknya pemimpin resmi. Namun, pemimpin tidak resmi memiliki pengaruh yang kuat didalam kelompoknya, contohnya adalah Bung Tomo yang memimpin perjuangan pada masa penjajahan Belanda.

 3. Kepemimpinan Ideologis, Organisatoris, Kharismatis, dan Eksemplaris
Kepemimpinan Ideologis adalah Pemimpin yang memiliki pikiran dan ide-ide yang mengesankan meskipun tidak terlalu hebat dalam hal menyusun sistem kerja dan kepribadiannya. Pemimpin jenis ini memiliki visi yang kuat dan tepat yang menjadi daya tarik oleh yang mengikutinya. Pemimpin Organisatoris adalah pemimpin yang handal dalam hal menyusun dan melaksanakan sistem kerja yang baik atau efisien. Kepemimpinan Kharismatis adalah kepemimpinan yang diperoleh karena kepribadiannya yang dapat dirasakan oleh orang-orang disekitarnya. 

Pemimpin kharismatis memiliki daya tarik yang tidak dapat dilihat namun bisa dirasakan keberadaannya dalam mempengaruhi kelompoknya atau orang-orang disekitarnya. Pemimpin Eksemplaris adalah pemimpin yang dapat mempengaruhi orang banyak bukan karena kepribadiannya dan keahlian dalam menyusun strategi, tapi melalui peilaku-perilakunya yang tampak oleh orang-orang. Pemimpin eksemplaris memberikan contoh dan teladan lewat setiap tindakannya sehingga orang-orang bersedia untuk mengikutinya.

4. Kepemimpinan Otokratik – Demokratis
Kepemimpinan Otokatik adalah kepemimpinan yang hanya berorientasi pada hasil yang maksimal dari kelompok namun tidak memperhatikan kondisi anggota-anggotanya. Pemimpin otokratik tidak melibatkan anggota dalam menentukan dan menetapkan tujuan dan juga tidak begitu memperhatikan keadaan atau kesejahteraan anggotanya. 
Kepemimpinan Demokratik adalah kepemimpinan yang melibatkan para anggotanya dalam menentukan dan pengambilan keputusan yang terbaik untuk kelompok. Pemimpin yang demokratik sangat memperhatikan kondisi bawahannya seperti apa dan pemimpin Demokratik menerima setiap masukan seperti kritik dan saran apapun dari bawahan untuk kebaikan kelompok.





Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional

1. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan Transformasional dapat secara ringkas dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk mempengaruhi orang lain sedemikian sehingga mereka mau dan rela memunculkan kebajikan dan kapabilitas terbaiknya didalam proses penciptaan nilai. Pemimpin dengan gaya Transformasional memotivasi para bahawannya untuk bekerja lebih baik dan lebih baik lagi dan menumbuhkan kepercayaan serta menanamkan keyakinan pada diri bawahan bahwa mereka bisa berkerja lebih baik lagi.

Contoh Kasus :
Pada tahun 2003, seorang wanita bernama Maureen Baginski diberi tugas berat, yaitu mereorganisasi badan Intelijen FBI untuk mengulangi terjadinya serangan teroris pada kejadian serangan terhadap gedung WTC yang terjadi pada 11 september 2001. 


Gaya kepemimpinannyalah yang membuat wanita ini ditunjuk oleh Direktur FBI, Robert Mueller sebagai kepala direktorat yang baru untuk masalah-masalah domestik. Mereorganisasi intelijen  di FBI merupakan tugas yang teramat sulit. Sebelum serangan 11 September, FBI menangkap dan menghukum para pembangkang bila mereka melakukan tindakan kejahatan. Tetapi, pada masa-masa dimana terjadi terror dimana-dimana, FBI perlu mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan intelijen sebagai upaya pencegahan aksi teror.
Suatu visi yang digagas oleh Baginski sempat ditolak oleh 56 kepala kantor lapangan yang mungkin telah terbiasa dengan cara kerja yang lama. Baginski menghabiskan waktu selama 5 tahun untuk membuat kelompok intelijen FBI untuk Domestik kembali menjadi unit yang memiliki wawasan kedepan. Gaya kepemimpinan Baginski adalah Transformasional. Ia sangat menginspirasi bahawannya dan mengajarkan pada mereka untuk mengeyampingkan urusan pribadi, dan mendorong para bawahannya untuk belajar dan memiliki pandangan kedepan.

2. Kepemimpinan Transaksional 

Kepemimpinan Transaksional adalah pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang telah ditegakan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Dalam kepemimpinan Transaksional, pemimpin menentukan apa yang perlu dikerjakan bawahan untuk menjadi tujuan, mengklasifikasikan keperluan tersebut, dan membantu bawahan menjadi percaya diri bahwa mereka dapat mencapai tujuan itu

Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran.Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi, sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.

Contoh kasus Kepemimpinan Transformasional dapat dilihat dari berita yang dimuat dari

http://www.suratkabar.id , sebagai berikut :


Tingginya kasus pengedaran narkoba di Filipina membuat negara ini menjadi salah satu negara darurat narkoba. Menanggapi hal tersebut, Presiden Filipina yang baru saja terpilih Rodrigo Duterte berjanji akan memberantas narkoba dari hulu ke hilir mulai dari pemakai, pengedar, hingga bandar narkoba. Pemakai dan pengedar narkoba di Filipina nampaknya mulai was-was. Saat ini, tercatat lebih dari 110 orang tewas tertembak akibat terbukti menggunakan dan mengedarkan narkoba seperti dikutip The Daily Mail pada Selasa (12/7/2016) seperti dikutip merdeka.com.


Selama pelaksanaan kebijakan Duterte ini, angka kematian tersangka pengedar narkoba naik hingga 200 persen. Duterte yakin bahwa dalam enam bulan awal kepemimpinannya ia dapat mengenyahkan kasus narkoba di Filipina. Media lokal Filipina menyebutkan bahwa hanya dalam empat hari terhitung 12 tersangka bandar narkoba tewas akibat tembakan aparat kepolisian. 



Tidak hanya itu saja, bahkan Duterte mengajak warganya untuk membunuh sejumlah pengedar narkoba. Selan itu, ia akan memberikan imbalan seumlah uang.

“Kalau mereka ada di sekitar kalian, silakan hubungi kami, polisi atau lakukan sendiri kalau kalian punya senjata. Saya dukung kalian,” kata dia di depan kerumunan massa bulan lalu, seperti dikutip koran the Straits Times.

Bahkan ia menambahkan bahwa akan ada imbalan secara cuma-cuma yang akan diberikan apabila warganya berhasil menangkap dan melawan para pengedar narkoba.

“Kalau dia melawan sampai mati dan kalian bisa membunuhnya maka saya akan beri medali,”imbuhnya.
Ia juga memberikan imbalan uang dalam jumlah yang fantastis apabila berhasil menangkap seorang gembong narkoba.

“Kalau dia mati, saya akan membayar lima juta peso (Rp 1,4 miliar) bagi gembong narkoba. Kalau masih hidup saya beri 4,999 juta peso saja,” katanya sembari tertawa.

Sejumlah foto yang beredar di dunia maya tentang aksi brutal pemberantasan narkoba ini menyedot perhatian dari berbagai pihak. Salah satunya adalah foto seorang pelaku yang mati tertembak dengan balutan plester di kepalanya. Di bagian dada pelaku pun dituliskan “Saya Pengedar” di atas kertas kardus.

Di Filipina, memerangi kejahatan naroba dengan cara yang seperti ini menimbulkan perdebatan. Pengacara pemerintah menyerukan agar lebih banyak lagi pelaku yang diberantas. Akan tetapi, kalangan pegiat hak asasi manusia dan anggota parlemen tidak menyetujuinya.
Pengacara pemerintah Jose Calida pun mengadakan konferensi pers menanggapi komentar dan kritik sejumlah kalangan yang tidak setuju dengan kebijakan Duterte tersebut. Dia mendukung kebijakan hukuman mati bagi kalangan pengedar narkoba di mana pun dan kapan pun.

“Bagi saya, angka itu belum cukup. Berapa banyak pecandu narkoba atau pengedar di Filipina? Seluruh desa di negeri ini hampir dipenuhi narkoba,” ujarnya. Pengacara pembela hak asasi manusia Jose Manual Diokno pun memberikan reaksi keras dan memberikan peringatan kepada Duterte perihal kebijakan brutalnya tersebut. 

“Tindakan ini menerbitkan ledakan nuklir kekerasan yang di luar kendali dan menciptakan negara tanpa hakim,” kata dia.

Menanggapi kritik Jose, Duterte pun memberikan komentarnya.

“Saya sudah melihat bagaimana korupsi menggerogoti dana pemerintah yang seharusnya untuk membantu kaum miskin. Saya sudah melihat bagaimana narkoba menghancurkan rakyat dan keluarga. Dilihat dari sudut pandang ini, tunjukkan di mana salah saya,” ujarnya.

Analisis :
Dalam berita tersebut, dalam upaya menekan tingginya kasus pengedaran narkoba, pemerintah Filipina menerapkan gaya transaksional dalam kepemimpinannya, dimana ia akan memberikan imbalan berupa medali atau uang dengan jumlah yang fantastis kepada siapa pun (masyarakat Filipina) yang bisa menangkap atau membunuh oknum-oknum yang terlibat dalam peredaran narkoba, dari pengedar hingga gembongnya untuk menekan jumlah pengedaran narkonba di Filipina.

 Sumber : 

Soekarso., Iskandar, P. (2015). Kepemimpinan: Kajian teoritis dan praktis

Mardi,. Hartanto, F. (2009). Paradigma baru manajemen indonsia: Menciptakan nilai dengan   bertumpu pada kebajikan dan potensi insani. PT. Mizan Pustaka: Bandung

Robbins, Stephen P., Timothy, A.J. (2008). Perilaku organisasi 2: Organizational Behavior. Edisi 12. Salemba empat: Jakata

Mangunhardjana, A. (2016). Kepemimpinan

Sarwono., Sarlito, Wirawan. (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Balai Pustaka: Jakarta


Nama : Rizqi Bayumantari
Kelas : 3PA01
NPM : 19514738